Rabu, 16 Mei 2018

Kutunggu Jomblomu

Postingan ini hanya fiksi belaka. Apabila terdapat kesamaan nama dan karakter tokoh, kesamaan kisah, dan kesamaan yang tidak diduga maka hal tersebut merupakan ketidak-sengajaan. Tapi kalau nantinya terdapat kesamaan nasib, itu derita lo! HAHAHA!
 
   Aku sudah pernah bilang kalo aku orangnya setia? Ya, mungkin sekarang kalian kudu tau kalo aku orangnya ga gampang tergiur rumput tetangga yang lebih hijau.
   Run, sahabatku sejak SMA, janjian untuk makan siang denganku disebuah restoran cepat saji di daerah Tomang. Sudah lama tidak bertemu karena kesibukan kuliah masing-masing, sejak awal bertemu kami langsung heboh melontarkan gosip ini dan itu.
   "Dia udah punya cewe baru, ya?" Tanya Run padaku, dengan indikasi kuat dia sebagai kata ganti mantanku.
   Sebenarnya aku sudah tidak kaget mendengar berita itu, karena aku sendiri sudah menduga bahwa dia sudah punya pacar baru. Tapi saat itu belum ada publikasi dari dia tentang hubungannya.
Run dengan sigap menunjukkan padaku status whatsapp mantanku, dan tertulis nama "Ita" disana. Kini aku tahu siapa nama pacar barunya, setelah sekian lama aku menduga-duga siapa perempuan yang berhasil mengisi hatinya setelahku.
   Tak sampai disitu, aku dan Run membahas tentang tweet dia di twitter. Setelah hubungannya dan pacar barunya di publish, banyak ucapan yang membanjiri twitternya, tentu saja, ucapan selamat.
Sedih? Tidak, aku tidak sedih. Kenapa aku harus sedih? Itulah hal yang harus kupertahankan ketika Run menanyakan kondisiku. Kondisi yang harus kupertahankan hingga aku sampai dirumah tentunya, karena saat sampai dirumah, dikamar tepatnya, dan di malam hari paling tepatnya, aku galau.
   Tanpa sadar jariku mengusap-usap layar smartphone ku dan terbukalah profil twitter seseorang, ya, seseorang itu adalah mantanku. Aku terdiam sejenak, tanpa melakukan apapun, hingga akhirnya aku tersadar aku sedang menatap profil twitternya.
   Dengan buru-buru aku langsung mematikan layar smartphone ku, berusaha menata kembali pikiranku yang entah bagaimana bisa lolos dari pengawasanku. Oh my God, kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya?
   Kuharap dengan tidur aku bisa melupakan kegalauan malam ini, hingga akhirnya sinar matahari masuk dari sela-sela jendela kamarku, aku terbangun, masih dengan perasaan yang sama dengan tadi malam. Sepertinya ini bukan urusan sepele.
   Sepanjang hari pikiranku tak lepas darinya. Bahkan saat aku makan, nonton, jalan-jalan, dan diam, pikiranku tak kunjung menyerah untuk memikirkannya.
   Kemana saja aku selama ini? Padahal sudah bertahun-tahun lamanya hubunganku dan dia berakhir, tapi kenapa baru sekarang aku galau? Dan aku  tahu jawabannya, karena kini dia tidak lagi ada untukku.
   Setelah berhari-hari lamanya, pikiranku tentangnya tak kunjung hilang. Walau kini aku sudah mulai bisa mengontrol diriku untuk tidak diam dalam kelam (kok bahasanya sedih banget ya), tapi keinginanku untuk berharap masih belum berakhir: berharap nama itu tidak lagi ada di profilnya.
   Hingga suatu hari, aku mengunjungi profil twitternya, dan aku melihat tweet terbarunya penuh dengan rasa penasaran. "Air susu dibalas dengan air tuba." Kemampuan menganalisisku mulai bekerja. Apakah tweet  ini ditujukan untuk pacarnya? Atau temannya? Atau tetangganya?
Dengan sigap akupun membalas tweet itu dengan gerakan jari-jemari super lihai. "Kutunggu jomblomu."
   Dan sejurus kemudian tweet balasann itu sudah terkirim ke mantanku. Aku terdiam, tidak percaya degan kenekadan yang aku lakukan.
   Walau merasa bodoh karna bertindak seperti itu, tapi tidak ada niatan untukku membatalkan apa yang sudah aku kirim. Bodoh memang. Kalian boleh menghujatku sesuka hati.