Rabu, 25 Oktober 2017

Ngelirik Tetangga

Postingan ini hanya fiksi belaka. Apabila terdapat kesamaan nama dan karakter tokoh, kesamaan kisah, dan kesamaan yang tidak diduga maka hal tersebut merupakan ketidak-sengajaan. Tapi kalau nantinya terdapat kesamaan nasib, itu derita lo! HAHAHA!
.
     "Ini ada titipan dari ibu," kata gue sambil ngasihin soto ayam buatan nyokap. Tetangga gue yang baru-baru ini gue tau namanya Deni itupun mengambil soto itu sambil melirik tutup kaca yang berembun karena uap kuah soto.
     Ia pun beralih melihat gua sambil berkata, "Makasih, ya."
     Yap, sesingkat itu gue bertemu dengan tetangga gue yang satu itu. Dengan waktu yang sangat singkat dan momen yang amat biasa, namun berhasil melumpuhkan gue dengan virus merah jambu.
     Gue emang bukan cewek yang neko-neko, gampang banget terpana sama cowok, entah itu dari sikap maupun dari tampang. Tapi, ya sesingkat keterpikatannya, singkat pula rasa terpana gue ke cowok cowok itu, alias gampang suka dan gampang juga ilangnya. Cuma akhir-akhir ini emang gue lagi ngelirik tetangga gue yang satu ini, karena, setelah dilirik-lirik, ternyata dia imut juga.
     Secara sikap, dia gak pernah ngasih perhatian or something like that ke gue, secara tampang pun gabisa dibilang WOW banget, tapi gemes aja gitu ngeliatnya, bikin penasaran. So, bisa dibilang sekarang gue kepincut tetangga gue yang bernama Deni itu.
     Keesokan harinya, gue lagi asik jalan-jalan disekitar komplek rumah. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang belum menentukan judul skripsi dan tidak ada kelas, setiap hari bagaikan hari minggu buat gue. Jadi gue memutuskan untuk mengenal lingkungan gue lebih dalam -berhubung selama kuliah gue amat jarang berinteraksi dengan orang-orang sekitar komplek- dengan berjalan-jalan sendirian. Enggak ngenes kok, jalan sendirian kadang mengasyikkan.
     Saat sedang asyik menikmati udara sore disertai pancaran cahaya matahari berwarna jingga tipis, gue melihat sekumpulan bocah SD sampai SMP sedang asyik main sepak bola, dengan bola plastik yang kalau ditendang menimbulkan bunyik "puk." Gue pun menghampiri sekumpulan bocah yang warna kulitnya hampir seragam itu -mungkin karena kesamaan hobi mereka yang senang bermain dibawah terik matahari- dan menyapa mereka.
     "Eh," kata gue berusaha mencuri perhatian mereka. Setelah mereka memalingkan perhatiannya ke gue, gue pun melanjutkan perkataan gue, "ikutan dong."
     Layaknya bidadari turun dari langit, permintaan gue pun disamput dengan suka cita oleh segerombolan bocah tersebut. Tanpa memikirkan betapa belelnya sendal jepit yang gue kenakan dan celana tidur yang warnanya udah kusam karena dipakai dari jaman pra sejarah, akhirnya gue pun memasang posisi sebagai striker.
     Sudah sekitar 10 menit berjalan, namun tim gue belum juga mendapatkan skor, sedangkan tim lawan, oke, mereka udah nyetak 2 skor. Harusnya gue sebagai yang paling bontot bisa melawan mereka dong. Murka kan gue jadinya. Akhirnya dengan kekuatan kapten tsubasa, gue pun melambungkan bola setinggi yang gue bisa.
     Kami semua terdiam selama 3 detik, melongok melihat bola yang melambung keatas dan tak kunjung turun, lalu beberapa detik berikutnya, bola itu terjun dari awan, dan bersarang di atap rumah tetangga gue. Kami pun sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya seorang bocah mengeluh karena bola plastik mereka satu-satunya nyangkut di atap tetangga.
     "Tenang, gue ambilin!" Seruku berusaha sekeren mungkin. Sebagai yang paling bongsor, gue harus memperlihatkan rasa tanggungjawab gue, kan?!
     Ada tangga menuju atap rumah itu, tapi tangganya ada didalam rumah, sehingga gue perlu izin dan melewati pagar agar bisa mengambil bola itu.
     "Permisi," sahutku sambil melongok ke puncak pagar. Tidak lama setelah itu, sesosok cowok muncul dari balik pintu. Dengan tampang 'ngapain lo disini' ia pun menghampiriku. "Maaf, boleh izin ambil bola diatas?" Kata gue sambil menunjuk ke atap rumahnya. Sejujurnya gue agak malu gitu karena harus terlibat dalam kasus tidak-feminim ini.
     "Bola?" Tanyanya heran. Aku mengangguk dengan tampang 'please, jangan ketawain gue'. Bisa kulihat bibirnya tersenyum tipis dan terdengar tawa geli dari suaranya.
     Mungkin dia heran kali ya melihat cewek bongsor main sama bocah-bocah, mainnya sepak bola pula.
     Ia pun mempersilahkan gue menaiki tangganya, dan ia menunggu dibawah. Sesegera mungkin gue menaiki tangga itu dan mengambil bola plastik menyebalkan yang sudah mempermalukan gue didepan cowok yang sedang gue lirik.
     "Sudah keambil?" Tanyanya setelah aku mencapai ujung bawah tangga.
     "Iya," kataku sambil menunjukkan bola dengan wajah se-ceria-dan-pasrah mungkin. Apapun anggapan dia tentang gue setelah ini, gue pasrah. Cewek bongsor yang main sepak bola bersama bocah keling dihalaman komplek. Mungkin itulah kesan yang akan dia ingat tentang gue setelah ini.
     Gue pun berterimakasih padanya karena telah membolehkan gue mengambil bola dan pergi sesegera mungkin. Dapat terlihat sekilas senyum masih mengisi wajahnya, bukan senyum manis yang biasa diberikan cowok kepada cewek, tapi senyum geli karena melihat cewek bongsor bermain sepak bola dengan bocah keling di halaman komplek. Ya, frasa itu takkan pernah gue lupakan.
     Malam telah tiba, dan gue sudah siap tidur untuk menyambut minggu esok hari -berhubung setiap hari adalah hari minggu bagi gue- dan bersiap memikirkan judul skripsi. Tapi sebuah hal melintas dipikiran gue yang membuat gue tidak bisa tidur begitu saja.
     Kejadian tadi sore, saat pertama kalinya gue berhubungan dengan tetangga gue bukan karena ibu mengirimkan masakan maupun ingin menitipkan kunci rumah, merupakan hal yang ampuh membuat gue senyum-senyum sendiri.
     Gemes, mengingat senyum gelinya karena tingkah gue, membuat gue makin yakin kalau gue lagi kepincut sama dia, tetangga gue. Mungkinkah kejadian hari ini akan menjadi pelopor hubungan yang makin intens antara gue dan dia? Atau justru menjadi pemicu jatuhnya harga diri gue karena dicap sebagai cewek bongsor yang main sepak bola bersama bocah keling di halaman komplek?
     Sebel kalo mengingat momen gue dan dia harus kaya gitu. Tapi seneng juga karena momen itu gue jadi punya 'sedikit' cerita sama dia. Sepele kan. Tapi inilah gue, bisa happy hanya dengan sebuah hal sepele.
     Jadi, entahlah apa yang akan terjadi antara gue dan tetangga gue. Tapi kejadian sore tadi membuat gue semakin yakin kalo gue mulai kepincut sama tetangga gue itu. Semoga apapun yang terjadi adalah apa yang terbaik untuk gue dan dia. Hah! Kenapa gue drama gini sih, makin gemas!
     Sudah ya, mau bobok!

Minggu, 22 Oktober 2017

Keinget Mantan

Postingan ini hanya fiksi belaka. Apabila terdapat kesamaan nama dan karakter tokoh, kesamaan kisah, dan kesamaan yang tidak diduga maka hal tersebut merupakan ketidak-sengajaan. Tapi kalau nantinya terdapat kesamaan nasib, itu derita lo! HAHAHA!
.
     Setiap awal pasti ada akhir, begitu juga dengan pacaran, setiap status "pacar", pasti akan berakhir "mantan," entah itu disebabkan oleh hal yang diinginkan maupun tidak diinginkan. So, selama 5 tahun lamanya gue menghilang, kini gue muncul kembali untuk membagikan kehidupan yang sudah gue lewati selama ini, salah satunya keinget mantan.
     Mantan gue emang bukan manusia sempurna, bahkan cenderung membuat gue suka makan ati sendiri karena tingkahnya yang naudzubillah. Nah, mungkin karena tingkahnya itulah yang membuat dia kini berstatus "mantan" dihidup gue. Tapi kalo dipikr-pikir, ternyata keputusan gue mengakhiri hubungan sama dia hanya karna tingkahnya itu merupakan tindakan yang kekanak-kanakan banget. Gue bahkan malu untuk cerita sama sohib gue tentang alasan gue putus sama mantan, ya itu, karena alasannya kekanak-kanakan banget. Padahal walau tingkah dia naudzubillah, tapi dia selalu berusaha untuk berbudi pekerti luhur untuk gue. Hm, kenapa gue baru keinget sekarang ya. Gue jadi tidak menyesal HAHAHA! Because sesuatu yang telah terjadi hanya untuk disesali, tidak untuk ambil kembali. So, yasudah gue cukup menyesali, dan kembali menjalani kehidupan untuk masa depan. Sambil dihantui bayangan mantan. Hadeuh.
     Baiklah kalau begitu, pertemuan awal -setelah sekian lama menghilang- cukup sampai curhatan gue dulu. Nantikan selalu kisah gue yang fiksi dan tidak berfaedah ini ya. 
     Salam cinta penuh kasih dalm dekapan ilahi.
     Nidađź’™